Makassar All Matic Slow

Loading

Kamis, 08 Juli 2010

Roller Skutik Ringan = Deselerasi Besar?

rollerUmumnya, akselerasi jadi pujaan pengguna skutik. Maklum iklim kompetisi selalu berada di benak tiap orang. Siapa punya tunggangan yang larinya paling cepat, pastilah berbangga hati.

Namun ada hal lain yang perlu diperhatikan jika tunggangan digunakan sebagai andalan transportasi sehari-hari. Selain akselerasi juga perlu deselerasi, alias penurunan kecepatan. Memang, rem adalah peranti paling utama sebagai pengurang laju tunggangan.

Namun, ada hal lain yang juga dirasa perlu sebagai alat bantu, yaitu engine brake, atau penurunan kecepatan alias deselerasi yang diperoleh dari kompresi mesin. Nah, kalau pada skutik, seperti apakah yang paling baik?
Kali ini dicoba penggunaan roller yang bisa memberikan efek pada deselerasi. Pakai roller lebih berat apa lebih ringan? Atau selang-seling antara roller ringan dan berat. “Wah, kalau soal deselerasi belum banyak yang mencobanya, sebenarnya penting juga,” ungkap Willy Dreeskandar, dari F16 Motor, di Jl. Ciledug Raya, Ciledug, Tangerang, Banten.


Di uji dengan Race Logic

Beda berat lain hasilnya

Roller masih dalam kondisi baik
Menurut Willy, roller lebih ringan me­mungkinkan pergeseran lebih cepat kala putaran mesin meningkat. Sedang roller lebih berat, putaran mesin akan lebih tinggi baru besutan akan bergerak. “Kalo lebih berat mesin lebih meraung tapi akselerasinya lebih baik, sementara kalau soal kenyamanan, lebih enak pakai roller lebih kecil, pada putaran di bawah saja sudah jalan,” ujarnya.

Nah, kalau soal deselerasi? “Gue belum tahu,” ujarnya. “Tetapi, perkiraan gue, kalau pakai roller lebih ringan pasti deselerasi lebih cepat ketimbang yang lebih berat, karena roller lebih lama turun dan roda pun lebih lama ‘terkunci’ dengan CVT,” ujarnya. Nah, makanya OTOMOTIF mencobanya. Kali ini menggunakan dua jenis roller berbeda. Satu roller lebih berat, lainnya roller ringan.

Uji cobanya, skutik dijalankan dengan kecepatan yang sama, yaitu sekitar 30 km/jam, lalu gas ditutup dan dibiarkan melaju hingga benar-benar terasa tunggangan sudah meluncur tanpa tertahan oleh efek engine brake. Alat ukurnya Race Logic, yang selain bisa dipakai sebagai pengukur akselerasi, juga ada catatan soal deselerasi yang dihasilkan oleh tunggangan yang diukur.

Saat dicoba, roller yang lebih ringan memang deselerasinya lebih baik, ketimbang roller lebih berat. Dengan kecepatan sama, roller lebih ringan, menempuh jarak 30 m sedangkan roller lebih berat, dengan jarak 35 m

Selasa, 06 Juli 2010

Komparasi Produk Komparasi Noken-as Aftermarket Yamaha Mio

Di pasarn banyak sekali noken as Yamaha Mio. Masing-masing klaim memiliki durasi terbaik. “Istilah  durasi dipakai untuk menunjukkan berapa lama kem membuka klep in maupun ex. Pengukurannya sendiri berdasarkan rotasi atau arah putaran mesin, menggunakan satuan derajat,” kata Tommy Huang, juragannya tim balap Bintang Racing Team (BRT) yang bermarkas di kawasan Cibinong, Jabar.

Pengukuran durasi itu sendiri, dimulai dari saat klep terangkat dan diakhiri saat klep tertutup dengan sempurna. Untuk mengetahui kapan klep terbuka sampai tertutup, diperlukan alat yang namanya dial gauge. Alat tersebut dipasang pada lubang pemeriksaan celah klep. Sementara buat melihat posisi putaran mesin di berapa derajat, dipakai busur derajat yang ditempatkan pada poros kruk as di magnet.

Ada 3 teknik (seat to seat (STS), Inggris dan Jepang) yang bisa dipakai buat mengukur berapa durasi kem. Untuk STS, penghitungannya dimulai saat klep terbuka 0,02 mm sampai 0,02 mm sebelum klep tertutup.

Sementara teknik Inggris yang mulai ukurannya dari 1,25 mm (klep terbuka) dan selesai 1,25 mm sebelum klep tertutup. Teknik ke-3 (Jepang), pencatatannya diawalai setelah klep baru menganga 1 mm dan berakhir 1 mm sebelum klep tertutup.

“Mau pakai salah satu dari teknik tersebut sah-sah saja, asal diberikan keterangan teknik mana yang dipakai,” ujar pria berkaca mata ini.

Kalau sudah tahu tekniknya sekarang cara menghitungnya, pakai teknik Jepang ya. Misalnya dalam 1 kali putaran mesin (360o), setelah klep in terangkat 1 mm angka di busur derajatnya 20o sebelum TMA (titik mati atas).
Sementara 1 mm sebelum klep tertutup, busur derajatnya menunjukkan angka 40o setelah TMB (titik mati bawah). Dengan angka-angka tersebut, setelah dimasukkan dalam rumus nilai sebelum TMA (A) + 180o (TMA ke TMB) + nilai setelah TMB (B) maka di dapat 240o.

Noken as standar, total durasinya cuman 220o

dial Gauge, indikator klep mulai terbuka sampai tertutup lagi

Busur derajat, pasangnya pada poros kruk as di rumah roller
Itu tadi buat klep in, kalau buat klep ex begini perhitungannya. Misal klep terbuka 40o sebelum TMB dan 40o setelah TMA (mulai perhitungannya tetap setelah klep terbuka 1 mm dan berakhir pada 1 mm sebelum tertutup).
Dengan rumus nilai sebelum TMB (C) + 180o (TMB ke TMA) + nilai setelah TMA (D), hasilnya 260o. Setelah didapat nilai durasi klep in dan ex, maka bisa dihitung total durasi kem. Caranya (240o+260o) : 2 = 250o.

Mau tahu seberapa besar durasi 4 kem (CLD, HRP, Kawahara, Pico & WRD) dan perbedaannya dengan kem bawaan pabrik? Baca Tabelnya!

CLD
Setelah diukur dial gauge, durasi kem in produk asal Ciledug, Tangerang ini diawali pada 12o dan berakhir pada 51o. Sementara pada kem ex, catatannya 43o dan 16o. Ini bisa diartikan kem itu membuka lebih cepat dan menutup lebih lama. “Karakter noken as seperi ini, akan sangat berperan saat mesin sudah di putaran atas,” kata Tommy Huang.

HRP
Klep in baru membuka pada 50 dan kembali menutup pada 430 (kem ex buka di 230 dan rapat kembali pada 250). Efek yang dihasilkan kem HRP, akselerasi putaran bawahnya sedikit responsif. Tapi lebih terasa pengaruhnya saat mesin sudah di kitiran atas.

Kawahara
Untuk Mio spek harian yang pakai noken as ini, top speed akan bertambah. “Namun akselerasi putaran bawah sedikit lelet,” terang Tommy. Menurutnya, klep in yang terbuka pada 100 (tertutup di 450) dan catatan klep ex 300-19o jadi penyebab pembetukan karakter kem tersebut.

Pico
Pasokan bahan bakar masuk ke ruang bakar dimulai dari klep in membuka pada 15o dan terhenti saat klep menutup di 43o (sementara klep ex, terbuka di 15o dan balik merapat di 47o). Power mesin akan lebih terasa bertambah, saat mesin sudah meraung di rpm atas. “Jadi jangan kaget kalau, torsi bawahnya terasa kurang,” tutur penggagas CDI racing lokal BRT ini.

WRD
Dengan torehan catatan yang tak terlalu jauh dengan hasil perhitungan kem lainnya (kem in buka 8o- tutup 42o dan kem ex buka 28o- tutup 20o), maka pakai kem WRD top speed Mio bisa bertambah. Namun, akselerasi mesin putaran bawahnya jangan dikeluhkan karena agak lambat.
Durasi Kem In







Noken As
A
+
TMA-TMB
+
B
=
Durasi
Standar
5o

180o

37o
222o
CLD
12o

180o
51o
234o
HRP
5o

180o
43o
228o
Kawahara
10o

180o
45o
235o
PICO
15o

180o
43o
248o
WRD
8o

180o
42o
230o
Durasi Kem EX







Noken As C
+
TMA-TMB
+
D
=
Durasi
Standar 5o

180o
34o
219o
CLD 43o

180o
16o
239o
HRP 23o

180o
25o
228o
Kawahara 30o

180o
19o
229o
PICO 15o

180o
47o
242o
WRD 28o

180o
20o
228o
Total durasi







Noken As
In
+
EX
:2
=
Total Durasi

Standar 222o

219o :2 =

220o
CLD 243o

239o :2 =

241o
HRP 228o

228o :2 =

228o
Kawahara 235o

229o :2 =

232o
PICO 248o

242o :2 =

245o
WRD 230o

228o :2 =

229o

Kamis, 01 Juli 2010

Merancang Braket Monoshock Vario CBS

Written by http://www.ototrend.com


Merancang Bracket Monosok Vario CBS Saat Ber-low Rider


Ada hal yang menarik saat merancang suspensi belakang New Vario CBS kala mengaplikasi konsep modif low rider. Sebab tulang rangkanya desain terbaru model cradle box dengan penampang persegi panjang.

“Sayang kalau pembuatan bracket memakai sistem las-lasan. Lebih baik model knock down,” buka Yono, mekaniknya rumah modif 3H di Barata Jaya 11, Surabaya. Untuk bahan bracket, Yono mengaplikasi dari plat 10 mm dengan lebar 55 mm, agar kuat menerima tahanan tekan dari monosok.


Selain itu, desain bracket dimodel huruf U di setiap masing-masing sisi yang terkait dengan rangka. Dan kemudian diperkuat 2 baut 10 mm di setiap sisinya.

Pembuatan bracket dengan desain demikian ini aman bagi rangka. Sebab, bracket yang terkait dengan rangka menapak lebih rata pada permukaan rangka. “Misalkan terjadi hentakan keras posisi berboncengan, rangka tetap aman,” yakinnya.

Bagaimana dengan bracket monosok bagian bawahnya ? Tak bisa ngawur atau mengcopy yang sudah umum diaplikasi. Sebab space bagian bawah tangki di mana rencana monosok berada, banyak perangkat aksesories yang berkaitan dengan BBM.

Salah satunya rumah membran vakum sebagai pengatur aliran BBM dari tangki. Kalau dipaksa dipasang dua biji sok, tak memungkinkan dan mesti banyak rombakan yang dilakukan, yakni memindah rumah membran vakum. “Tapi rawan membuat aliran bensin tak lancar,” kata Yono.

So, jalan satu-satunya sokbeker mesti dipasang tunggal. Dengan demikian, bracket sok bagian bawah mesti meniru desain dudukan single sok orsinya yang memakai sistem klem.

Pembuatannya lebih simpel. Sebab dapat memakai plat 15 mm dengan tinggi 7 cm. Serta tambahkan lubang 10 mm di bagian tengahnya, untuk dudukan baut pengikatnya.

Sebagai penopangnya, dapat memanfaatkan plat 8 mm. Kemudian kaitkan pada daging crank case, yang telah tersedia lubang lengkap dengan drat nya.

Untuk itu, aturan dalam pemakaian single sok yang akan dijadikan monosok, pilih yang memiliki rebound lebih kenyal. “Dan atur sudut sok lebih dari 70 derajat. Agar hasilnya tak terlalu empuk,”

Jaga Bearing As Roda Yamaha Nouvo Jangan Sampai Kering

Written by http://www.otomotifnet.com/otoweb/index.php?templet=ototips/Content/0/0/1/7/10938 


bearing yamaha nuovoYamaha Nouvo, Memiliki bodi lebih besar, menggunakan dua buah sokbreker di belakang. Itu bedanya ketimbang adik kandung Yamaha Mio.

Nah, denga begitu konstruksi kaki belakangnya pun berbeda. Roda belakangnya dipegang lengan ayun yang cukup kekar, tetapi bukan berarti bebas perawatan, salah satunya dengan memelihara kesehatan bearing.

Seperti dirasakan Boy, pengguna Yamaha Nouvo 2007. Sehari-hari dipakai, tentu ia senang karena tak ada masalah yang menimpa tunggangannya. Tetapi belakangan, roda belakang seperti tak mau diam, goyang terus ke kiri dan kanan. “Ternyata bearingnya oblak,” jelasnya.

Gbr 1

Gbr 2

Gbr 3

Gbr 4
Kenapa bisa begitu? Seperti umumnya bantalan peluru alias bearing, perlu pelumasan agar tidak aus. Kalau tidak bagian di dalam yang bergesekan akan cepat aus, sehingga putarannya pun tidak rata dan akhirnya oblak.

Pada kasus tunggangan Boy, ternyata ia tidak memperhatikan sil bearing yang seharusnya bertengger (gbr.1). Entah karena sempat membongkar dan lupa memasang kembali, atau karena rusak termakan usia.

Lama kelamaan kotoran akan masuk ke dalam bearing dan melukai bagian dalamnya. Efeknya bearing pun aus dan bisa oblak. Kalau sudah begini perlu menggantinya. “Biasanya kalau pelumasannya cukup, bearing tahan lama,” ungkap Iqbal dari bengkel OSS di Jl Panjang, Kebon Jeruk, Jakbar.

Mengganti bearing, lakukan langkah berikut. Buka arm menggunakan kunci 10 mm (gbr.2), setelah sebelumnya melepas knalpot dan bagian bawah sokbreker, tentunya.

Lantas, lepas arm hingga bagian yang terdapat bearing nampak. Kemudian lepas bearing dengan diketok palu, lakukan dengan perlahan agar tidak melukai sarang bearingnya (gbr.3).

Kemudian pasangkan bearing barunya, gunakan lingkar bearing lama untuk menekan bearing, setelah terpasang eratkan lagi bearingnya di tiap sisi mengunakan palu dan batang besi kecil, misal kunci L 14 mm (gbr.4). Di pasaran, bearing ini dijual dengan kisaran harga Rp 25-30 ribu.

Tak lupa, berikan gemuk terlebih dulu sebelum dipasang, baik pada bearingnya juga pada as roda di teromol. Setelah itu pasang kembali arm dan sokbreker serta knalpot. Tunggangan pun melaju lancar kembali..

7 Tips Aman Malam Minggu


Mau malam mingguan pertama dengan si Dia? Pastinya seru dong, apalagi pake sepeda motor. Tapi tahu tidak, biasanya wanita identik dengan kebersihan. Jadi bagi anda yang tidak ingin acara malam mingguan menjadi berantakan, perawatan mesin dan kebersihan sepeda motor menjadi prioritas utama.
Berikut tipsnya:


  1. Santun dalam berkendaraan. Tidak menyetir secara zig-Zag, menaati semua rambu-rambu lalu lintas dan tidak melanggar marka jalan. 
  2. Tidak ngebut. Ingat orang yang anda sayangi menunggu anda di rumah, dan juga jalan itu kan milik umum, kalau mau ngebut ya di sirkuit aja!
  3. Memakai perlengkapan berkendara yang lengkap, misalnya helm dan jaket.
  4. Motor memenuhi syarat alias layak jalan. Jangan memodifikasi motor yang mengurangi perangkat keselamatan, misalnya kaca spion dilepas atau knalpot yang nyaring. Yang jelas, silahkan bermodifikasi-ria asal jangan mengurangi fungsi.
  5. Motor harus bersih. Kalau ingin membonceng cewek tapi motornya kotor pastinya si dia akan segan. Ingat, kebersihan adalah sebagian dari iman.
  6. Motor harus dirawat. Malu donk lagi boncengan mogok ditengah jalan, acara kencan bisa berantakan.
  7. Jangan lupa bawa jas hujan, kalau kehujanan make-up nya bisa luntur.
Dijamin malam mingguan dengan si doi pasti sukses. Selamat mencoba!
[inilah.com]